KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
Perkembangan Negara Tradisional Bercorak Islam di Nusantara
1. Proses Klasik serta Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
2. Pembawa Agama Islam ke Indonesia
a. Teori Persia
Teori Persia menjelaskan bahwa pembawa agama Islam ke Indonesia adalah bangsa Persia yang didasarkan pada sumber bukti sejarah berupa berita cina yaitu adanya koloni para pedagang Islam di Tashih yang berada di Sumatra bagian barat.
b. Teori Gajurat
Teori gajurat menjelaskan bahwa pembawa agama Islam ke Indonesia adalah bangsa Arab yang didasarkan pada sumber bukti sejarah dari India yaitu para pedagang Gujarat selain berdagang mereka juga menyebarkan agama Islam di sepanjang daerah pesisir pantai.
c. Teori arab
Teori Arab menjelaskan bahwa pembawa agama Islam ke Indonesia adalah bangsa Arab yang didasarkan pada sumber bukti sejarah dari Arab yaitu adanya kesamaan gelar dan marga antara para bangsa-bangsa yang menyebabkan Islam di Nusantara dengan yang terdapat pada masyarakat Hadramaut.
3. Sumber dan Berita Masuknya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
a. Sumber dari Luar negeri
1. Berita Arab : adanya sebutan untuk kerajaan Sriwijaya dengan Zabaq, Zabay, atau Sribusa
2. Berita Eropa : perjalanan Marcopolo yang pernah singgah di kerjaan Perlak yang masyarakatnya telah memeluk agama Islam
3. Berita India : para pedagang Gujarat menyebarkan agama Islam di sepanjang daerah pesisir pantai.
4. Berita cina : ditemukannya perkampungan Islam di pesisir pantai utara Jawa Timur.
b. Sumber Dalam Negeri
1) Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang pada nisannya terdapat tulisan Arab.
2) Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang pada nisannya terdapat tulisan Arab
3) Penemuan batu di Leran (dekat Gresik) yang menggunakan huruf dan bahasa Arab yang memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah binti Ma’imun.
4. Faktor Penyebab Islam Cepat Berkembang di Indonesia
a. Ajarannya sederhana, mudah dimenerti, dan terima.
b. Syarat untuk masuk Islam snagat mudah, yaitu hanya dengan mengucapkan kalimat syahadat.
c. Agama Islam tidak mengenal kasta, sehingga semua oaring boleh untuk memeluk agama Islam.
d. Upacara-upacara keagamaan bersifat sedehana.
e. Islam disebarkan secara damai lewat pendekatan budaya.
f. Jatuhnya Kerajaan Majapahit dna Sriwijaya menyebabkan kerajaan Islam berkembang pesat.
5. Saluran Penyebaran Islam di Indonesia
a. Proses hubungan perdagangan yang dilakukan antara pedagang lokal dengan para pedagang asing.
b. Perkawinan yang dilakukan para pedagang Arab, Persia, dan Gujarat dengan penduduk asli Indonesia, sehingga dapat tercipta akulturasi budaya.
c. Dakwah, yaitu melakukan ceramah di tempat-tempat ramai seperti di pasar dan masjid.
d. Mendirikan pondok pesantren yang mengajarkan agama Islami.
e. Pengobatan secara Islami dengan menggunakan doa-doa Islami.
f. Kesenian yaitu penyebaran agama Islam dengan menggunakna sarana wayang kulit, amsuk rebana, dan syair sebagai media penyebarannya.
6. Pengaruh Agama Islam di Indonesia
a. Bidnag Perintahan
Ciri-ciri kerajaan yang bercorak Islam antara lain :
1) Raja bergelar Sunan atau Sultan yang berperan sebagai kepala pemerintahan dan pimpinan agama.
2) Menggunakan ajaran agama Islam berupa Al-quran dan Hadits sebagai dasar pemerintahan.
3) Menggunakan sistem dengan menggunakan doa-doa Islam.
4) Kerajaan berfungsi sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan pengembangan agama.
b. Bidang Sosial
Masyarakat dapat dibedakan menajdi tiga kelompok yaitu :
1) Raja dan Bangsawan
Raja dan bangsawan merupakan kelompok masyarakat atas yang disebut kelompok elite yang memegang kekuasaan dalam pemerintahan.
2) Pemuka Agama
Pemuka agama merupakan kelompok masyarakat menengah yang disebut kyai yang memiliki peranan sebagai pemuka agama dna pemimpin upacara-upacara keagamaan
3) Wong Cilik (Kawula)
Wong cilik (kawula) merupakan kelompok masyarakat bawah yang merupakan mayoritas masyarakat yang diperintah.
c. Bidang Ekonomi
Kota-kota pelabuhan di Indonesia yang berfungsi sebagai tempat transit atau peristirahatan dapat berkembang menjadi pusat perdagangan dengan menggunakan alat tukar uang.
d. Bidang Budaya
1) Seni arsitektur berupa masjid, makan, menara, keratin, dan nisan.
2) Bahasa dan tulisan Arab.
3) Pakaian berjilbab dan baju koko
4) Tulisan dari bahasa Arab.
5) Upacara-upacara keagamaan.
7. Hasil Akulturasi Budaya Islam dengan Budaya Indonesia
a. Seni Bangunan
1) Masjid
Memiliki ciri-ciri yaitu :
a) Atap yang merupakan segitiga bertumpang yang berjumlah 3 atau 5 yang pada puncaknya dilengkapi dengan mustoko.
b) Menara yang merupakan kesatuan bangunan masjid Islam yang menjadi tambahan. Menara ini berfungsi sebagai tempat adzan.
c) Letak masjid selalu berdekatan denag alun-alun dan istana.
d) Memiliki denah berbentuk bujur sangkar ditambah dengan lantai yang berbentuk punden berundak dan dilengkapi serambi di depan maupun di samping.
Contoh masjid yang merupakan hasil akumulasi budaya Islam dengan budaya setempat adalah :
a) Masjid Demak.
b) Masjid Agung Cirebon.
c) Masjid Agung Banten.
2) Makam
Bangunan makam ini dilengkapi dengan kijing dan cungkup atau kubah yang bertujuan untuk menghormati roh-roh orang yang dikuburkan. Komlpeks bangunan makam selalu menjadi satu dengan masjid serta dikelilingi oleh tembok dan memiliki gapura.
Contoh makam-makam kuno antara lain :
a) Makam Sendang Duwur.
b) Makam Malikul Saleh.
c) Cungkup makam Putri Suweri di Leran.
d) Makam Syeh Maulana Malik Ibrahim.
b. Aksara dan Seni Rupa
1) Seni Kaligrafi
Penulisan huruf Arab dalam seni kaligrafi dipandukan dengan seni Jawa sehingga huruf Arab dipadukan dengan huruf Jawa Kuno. Seni kaligrafi digunakan sebagai hiasan pada nisan makam, dinding rumah, pintu, keramik, ukuran Jepara.
2) Seni Sastra
Seni Sastra Islam di Jawa yang muncul antara lain berupa hikayat, dongeng, dna babad yang merupakan ceritera rakyat yang berisi persebaran agama Islam.
Di samping itu, juga muncul kitab-kitab seperti :
a) Kitab Primbon yang berisi ramalan-ramalan dan penetuan hari baik berdasarkan peruntungan kalender Jawa.
b) Kitab Suluk yang berisi ajaran-ajaran agama Islam, contoh Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang.
c) Syair yang berisi untaian kata-kata indah yang memiliki makna tentang ajaran Islam, contohnya Syair Perahu dan SI Burng Pinjai.
c. Filsafat dan Ajaran Islam
1) Tasawuf yang berisi ajaran dan aliran agama Islam.
2) Qalam adalah ajaran pokok agama Islam yang berisi pelajaran sekitar keesaan Tuhan yang menjadi dasar kepercayaan (imam) mutlak bagi uamt Islam.
3) Fikih (Fiqh) adalah bagian pokok agama Islam yang mengatur kehidupan masyarakat Islam baik secara lahir maupun batin.
d. Sistem Penanggalan atau Kalender
Adanya system penganggalan komriah (Islam) dengan perhitungan Jawa sehingga sering disebut kalender Islam Kejawen.
e. Seni Pertunjukan
1) Permainan debus merupakan suatu jenis permainan yang disertai acrobat yang berbahaya seperti menusuk tubuh tetapi tidak terluka.
2) Tari Seudati merupakan tarian khas Aceh. Ciri khas terian ini adalah diiringi lagu tertentu yang berupa salawat Nabi Muhammad SAW…
3) Seni gamelan merupakan pertunjukan music yang dilakukan untuk mengiringi upacara-upacara keagaman, seprerti Sekaten dan Grebeg Maulud.
D. Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerjaan Islam pertama di Indonesia yang berada di Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik AL Saleh dan mengalami kejayaan. Hal ini dibuktikan KErajaan Samudera Pasai mampu memperluas wialyahnya dan mejalani hubungan perdagnagan dengan Arab. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik Al Tahir, ada kunjungan Ibnu Battutah yang mengadakan perjalanan India-Cina (kembali tahun 1345). Peranan Kerajaan Samudera Pasai dalam persebaran agama Islam yaitu :
a. Menajdi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang asing yang menetap di Samudra Pasai.
b. Penyebaran agama Islam melalui perluasan penagruh politik. Hal ini dibuktikan dengan berhasil merintis munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.
Samudra Pasai menggunakan Sultan Malaka sebabagai jalur perdagangan laut yang meghubungkan daerah Pasai dengan Arab, India, dan Cina. Sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan besar, Samudra Pasai memiliki sebagai :
a. Tempat menambah perbekalan.
b. Tempat mengurus masalah perkapalan.
c. Tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan dikirm ke luar.
d. Tempat menyimpan barang yang akan diantar ke daerah lain.
Adanya perpecahan di dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran politik dan perdagangan. Terlebih lagi, munculnya Kerajaan Malaka yang letakanya lebih strategis.
2. Kerajan Aceh
Kerajaan Aceh merupakan kelanjutan dari Kerjaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Sultan Ibrahim. Kerjaan Aceh mengalami masa kejayaan pada masa kejayan pda masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitar Aceh sekaligus mengislamkan daerah tersebut dalam usahanya untuk memperluas wialayah ekkuasaan Sultan Iskandar Muda bekerja smaa denagn Sultan Turki untuk memperkuat pasukannya.
Kerajaan Aceh mengembangkan diri dan dapat mempersatukan beberapa daerah di Aceh, yaitu Daya, Pedir, Lingga, Perak, Tamiang, Samudera Pasai, dan Lamuri, di bawah kekuasaan Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Bebrapa factor yang mendorong berkembangnya Kerajaan Aceh adalah :
a. Letaknya strategis di jalur perdagangan.
b. Pelabuhan Olele memiliki syarat yang baik sebagai pelabuhan.
c. Pedalaman Aceh menghasilkan lada yang melimpah.
d. Aceh makin ramai dan berperan penting setelah Malaka dikuasai Portugis.
Sultan Ali Mughayat Syah adalah raja pertama Kerajaan Aceh. Setelah Sultan Ali Mughayat Syah wafat, pemerintah beralih kepada putranya yang bergelar Sultan Salahuddin. Selama menduduki takhta, ia tidak memperdulikan pemerintah kerajaannya. Keadaaan kerajaan mulai goyang dan menaglami kemerosotan yang tajam.
Kerajaan Aceh mengalami kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Corak pemerintahannya terdiri atas,
a. Pemerintahan sipil oleh golongan bangsawan (teuku)
b. Pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku).
Pengganti Sultan Iskandar Muda adalah Sultan Iskandar Thani. Pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Thani, kerajaan Aceh mengalami kemunduran disebabkan oleh,
a. Timbulnya pertikaian antara bangsawan dan ulama.
b. Banyak daerah yang melepaskan diri dari Kerajaan Aceh.
c. Pada tahun (1641) muncul kekuatan Belanda di Selat Malaka.
3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah. Letak Kerajaan Demak berada di tepi pantai utara Jawa.
Peranan Kerajaan Demak dalam persebaran agama Islam adalah :
a. Menjadi pusat persebaran agama Islam di Jawa yang dilakukan oleh para wali.
b. Mengadakan perluasan wilayah di daerah-daerah sekitar pesisir pantai utara Jawa kemudian diislamkan melalui pendekatan politik, social dan budaya.
Beberapa raja Demak antara lain :
a. Raden Patah ( 1475-1518 )
b. Pati Unus ( 1518-1521 )
c. Sultan Trenggono ( 1521-1546)
Masa pemerintahan Sultan Trenggono merupakan puncak persebaran Islam yang dilakukan di seluruh wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Cirebon, Sunda Kelapa, dan Banten. Ajaran agama dapat berkembang pesat di Jawa pada saat Kerajaan Demak berkuasa yang didukung oleh para wali atau sunan.
Selanjutnya pusat pemerintahan Kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang. Alasan pemindahan itu antara lain,
a. Keraton demak mengalami kehancuran total akibat perang saudara.
b. Mendekati daerah yang subur.
c. Menjauhi musuh-musuh politik yang ada disekitar Demak.
d. Mendekati daerah pendukungnya.
Beberapa akibat runruhnya Kerajaan Demak adalah,
a. Tidak adanya kerajaan maritime yang mampu menuasai perdagangan nasional dan menghadapi bangsa asing.
b. Pindahnya pusat kekuasaan ke pedalaman yang memunculkan kembali kerajaan agraris di Jawa Tengah.
4. Kerajaan Banten
Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam yang berada di Jawa Barat yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Raja pertama yang memerintah adalah Sultan Hasanudin yang berhasil memperluas pengaruh agama Islam di Banten.
Kerajaan Banten mampu berkembang pesat, antara lain karena didukung oleh fakta,
a. Banten mempunyai komoditas ekspor yang penting, misalnya lada, sehingga menjadi daya tarik bagi pedagang asing.
b. Islamisasi di Banten sebagai pusat politik Kerajaan Banten.
c. Banten merupakan pelabuhan penting di Selat Sunda.
d. Pelabuhan Banten memenuhi syarat sebagai pelabuhan yang baik.
Persebaran agama Islam dapat berkembang pesat sesame pemerintahan Panembahan Yusuf dan Maulana Muhamad. Panembahan Yusuf memelopori penyebaran agama Islam di Jawa Barat sedangkan Maulana Muhammad memelopori penyebaran Islam di bagian Selatan Sumatra.
Persebaran agama Islam yang dilakukan Kerajaan Banten menggunakan pendekatan politik dan ekonomi. Untuk pendekatan politik, dilakukan dengan cara memengaruhi para pedagang yang berdagang di Banten untuk memeluk agama Islam, sebab Banten merupakan kota pelabuhan yang penting. Disamping Banten, pelabuhan lainnya adalah Jayakarta.
Kerajaan banten mengalami kemunduran sejalan dengan masuknya VOC melalui Perjanjian Banten, dimana Banten kehilangan peranan sebagai pelabuhan yang bebas.
5. Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam ini tidak ada hubungannya dengan Kerajaan Mataram zaman Hindu-Buddha. Kebetulan saja nama yang sama dipakai. Mungkin juga pemakaian nama ini ada hubungannya dengan upaya mengagungkan kembali kebesaran masa lalu.
Kerajaan Mataram Islam merupakan kelanjutan dari kekuasaan Demak, yang didirikan oleh Sutowijoyo yang bergelar Panembahan Senopati Ing Alogo Saidin Panotogomo (kepala tentara dan pengaturan agama). Panembahan Senopati bercita-cita menjadikan Mataram sebagai pusat budaya Jawa dan agama Islam. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, cara yang digunakan dengan melakukan ekpansi wilayah kekuasaan di seluruh Pulau Jawa, kecuali daerah Banten, Blambangan, dna Batavia yang belum dpaat dikuasai.
Pusat Kerajaan Mataram terletak di Yogyakarta. Raja-raja Mataram Islam antara lain :
a. Panembahana Senopati (1586-1601).
b. Mas Jolang (1601-1613).
Dalam usahanya mempersatukan kerjaaa-kerajaan Islam di pantai untuk memperkuat kedudukan politik dan ekonomi Mataram, Mas Jolang gugur dalam pertempuran di Krapyak sehingga dikenal dengan sebutan Panembahan Seda Agung.
c. Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645).
Raja terbesar di Mataram Islam adalah Sultan Agung.
Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaannya pada masa pe-merintahaan Sultan Agung. Hal itu dapat dilihat dari kemajuan sector pertanian. Keagmaan dapat berkembang pesat serta dapat mengatur pemerintahan dengan baik. Sultan Agung juga memelopori pembuatan kalender Jawa yang merupakan pengabungan anatara kalender Saka dengan kalender Hijrah.
Sepeninggal Sultan Agung, Mataram Islam mengalai kemunduran. Hal ini disebabkan oelh perang saudara dan beberapa pemberontakan seperti :
a. Pemberontakan Trunojoyo (1674-1679).
b. Pemberontakan Untung Suropati (1681-1706).
c. Perang perebutan mahkota I (1704-1708).
d. Perang perebutan mahkota II (1719-1724).
e. Perang perebutan mahkota III (1747-1755).
Perang Perang perebutan mahkota III diakhiri denagn Perjanjian Giyanti (1755) dan Perjanjian Salatiga (1757) yang membagi wilayah Mataram menjadi empat bagian.
6. Kerjaaan Cirebon
Kerajaan Cirebon didirikan oleh Fatahillah atau Sunan Gunung Jati. Pada masa pemerintahan Fatahillah, Cirebon dapat berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari perluasan wilayah yang berhasil dilakukan oleh Fatahillah, persebaran agama Islam berkembang pesat dan Cirebon mampu menjadi pusat perdagangan dan menjalin hubungan perdagangan dengan Cina. Wafatnya Fatahillah diganti oleh Panembahan Ratu. Cirebon berhasil dikuasai VOC dan wilayahnya dibagi menjadi tiga yaitu Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan yaitu pada tahun 1681.
7. Kerajaan Gowa Tallo atau Kerajaan Makassar
Kerajaan Gowa Tallo terletak di wilayah Makassar yang didirikan oleh Sultan Alaudin dan Sultan Abdullah, yang berhasil menyebarkan pengaruh kekuasaan Kerajaan Gowa Tallo dan menyebarkan agama Islam di daerah Bima, Sumbawa, Manado, Gorontalo dan Tomini. Kerajaan Gowa Tallo mengalami masa kejayaannya pada masa pemerintah Sultan Hasanudin yang berhasil memperkuat kekuasaan Gowa Tallo.
Makassar berkembang pesat dan menjadi pusat perdagangan di Indonesia Timur. Hal ini disebabkan :
a. Makassar memiliki syarat yang baik untuk pelabuhan.
b. Letaknya strategis untuk perdagangan
c. Perpindahan jalur perdagangan setelah Malaka dikuasai Portugis.
d. Melemahnya perdagangan di pantai utara Jawa akibat politik Sultan Agung yang bersifat agraris.
Akan tetapi, kedatangan VOC di Makasar menyebabkan Kerajaan Gowa Tallo berhasil dikuasai oleh Belanda. Kemunduran Makassar diawali dengan perang Makassar yang diakhiri dengan kekalahan di pihak Makassar, kemudian dilakukan Perjanjian Bongaya.
8. Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore berada di Maluku yang berhasil menyebarkan pengaruh agama Islam melalui pendekatan politik dengan perluasan wilayah dan pendekatan ekonomi melalui hubungan perdagangan. Raja yang memerintah adalah Sultan Zainal Abidin. Kegiatan penyebaran agama Islam oleh Ternate dan Tidore ditunjang oleh kedudukannya sebagai penghasil dan pusat perdagangan rempah-rempah. Banyak pedagang muslim yang tertarik untuk menjalin hubungan perdagangan sekaligus mengenalkan ajaran agama Islam.
Ramainya perdagangan rempah-rempah di Maluku mendorong munculnya persekutuan dagang yaitu :
a. Uli lima (persekutuan dagang lima) yang dipimpin Kerajaan Ternate
b. Uli siwa (persekutuan dagang Sembilan) yang dipimpin Kerajaan Tidore
9. Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar didirikan oleh Raden Samudra. Setelah masuk Islam, ia dinobatkan menjadi Sultan Banjar dengan gelar Sultan Suryanullah. Kerajaan Banjar memiliki peranan penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan, sebab dipengaruhi oleh letaknya di dekat sungai, sehingga banyak para pedagang dari luar Kalimantan yang berdagang rempah-rempah yang menyebabkan persebaran agama Islam lebih lancar.
KERAJAAN SAMUDERA PASAI
- Awal Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara Aceh, pada muara Sungai Pasangan (Pasai). Pada muara sungai itu terletak dua kota, yaitu samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Kedua kota yang masyarakatnya sudah masuk Islam tersebut disatukan oleh Marah Sile yang masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah. Merah Selu kemudian dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan Malik al Saleh.
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam, Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai.
Samudera Pasai setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai.
- Aspek Kehidupan Politik
Ada beberapa raja yang pernah memerintah Samudera Pasai, antara lain:
1) Sultan Malik al Saleh ( 1290 – 1297)
2) Muhammad Malik az Zahir ( 1297 – 1326 )
3) Mahmud Malik az Zahir ( 1326 – 1345)
4) Mansur Malik az Zahir ( …. – 1346 )
5) Ahmad Malik az Zahir ( 1346 – 1383 )
6) Zain al Abidin Malik az Zahir ( 1383 – 1405 )
7) Nahrasiyah ( 1405 – 1412 )
8) Sallah ad Din ( 1412 – … )
9) Abu Zaid Malik az Zahir ( … – 1455 )
10) Mahmud Malik az Zahir ( 1455 – 1477 )
11) Zain al Abidin ( 1477 – 1500 )
12) Abdullah Malik az Zahir ( 1501 – 1513 )
13) Zain al Abidin ( 1513 – 1524 )
Kehidupan politik yang terjadi di Kerajaan Samudera Pasai dapat dilihat pada masa pemerintahan raja-raja berikut ini:
- Sultan Malik al Saleh
Sultan Malik al Saleh merupakan raja pertama di Kerajaan Samudera Pasai. Dalam menjalankan pemerintahannya, Beliau berhasil menyatukan dua kota besar di Kerajaan Samudera Pasai, yakni kota Samudera dan kota Pasai
dan menjadikan masyarakatnya sebagai umat Islam. Setelah beliau mangkat pada tahun 1297, jabatan beliau diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir. Lalu takhta kerajaan dilanjutkan lagi oleh kedua cucunya yang bernama Malik al Mahmud dan Malik al Mansur.
- Malik al Mahmud dan Malik al Mansur.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Malik al Mahmud dan Malik al Mansur pernah memindahkan ibu kota kerajaan ke Lhok Seumawe dengan dibantu oleh kedua perdana menterinya.
- Sultan Ahmad Perumadal Perumal
Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Perumadal Perumal inilah, Kerajaan Samudera Pasai pertama kalinya menjalin hubungan dengan Kerajaan / Kesultanan lain, yakni Kesultanan Delhi (India).
- Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Samudera Pasai dititikberatkan pada kegiatan perdagangan, pelayaran dan penyebaran agama. Hal ini dikarenakan, banyaknya pedagang asing yang sering singgah bahkan menetap di daerah Samudera Pasai, yakni Pelabuhan Malaka. Mereka yang datang dari berbagai negara seperti Persia, Arab, dan Gujarat kemudian bergaul dengan penduduk setempat dan menyebarkan agama serta kebudayaannya masing-masing. Dengan demikian, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Samudera Pasai bertambah maju, begitupun di bidang perdagangan, pelayaran dan keagamannya.
Keberadaan agama Islam di Samdera Pasai sangat dipengaruhi oleh perkembangan di Timur Tengah. Hal itu terbukti pada saat perubahan aliran Syi’ah menjadi Syafi’i di Samudera Pasai. Perubahan aliran tersebut ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu, di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syi’ah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i.
Aliran Syafi’i dalam perkembangannya di samudera Pasai menyesuaikan dengan adat istiadat setempat. Oleh karena itu kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat istiadat setempat.
- Kemunduran Kerajaan Samudera Pasai
Pada waktu Samudera Pasai berkembang, Majapahit juga sedang mengembangkan politik ekspansi. Majapahit setelah meyakini adanya hubungan antara Samudera Pasai dan Delhi yang membahayakan kedudukannya, maka
pada tahun 1350 M segera menyerang Samudera Pasai. Akibatnya, Samudera Pasai mengalami kemunduran. Pusat perdagangan Samudera Pasai pindah ke pulau Bintan dan Aceh Utara (Banda Aceh). Samudera Pasai runtuh ditaklukkan Aceh
KERAJAAN ACEH
- Awal Perkembangan Kerajaan Aceh
Aceh semula menjadi daerah taklukkan Kerajaan Pedir. Akibat Malaka jatuh ke tangan Portugis, pedagang yang semula berlabuh di pelabuhan Malaka beralih ke pelabuhan milik Aceh. Dengan demikian, Aceh segera berkembang dengan cepat dan akhirnya lepas dari kekuasaan Pedir. Aceh berdiri sebagai kerajaan merdeka. Sultan pertama yang memerintah dan sekaligus pendiri Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528 M).
- Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Aceh cepat tumbuh menjadi kerajaan besar karena didukung oleh faktor sebagai berikut:
1) Letak Ibu kota Aceh yang sangat strategis.
2) Pelabuhan Aceh ( Olele ) memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan dagang.
3) Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai mata dagangan ekspor yang penting.
4) Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang singgah ke Aceh.
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan Raja pertama di Aceh sekaligus beliau merupakan pendiri Kerajaan Aceh. Setelah beliau mangkat, raja selanjutnya adalah Sultan Ibrahim. Dalam pemerintahannya beliau berhasil menaklukkan Pedir. Raja berikutnya adalah Iskandar Muda. Pada masa pemerintahan beliau, Aceh mencapai puncak kejayaan dan menjadi sumber komoditas lada dan emas. Beliau mangkat pada tahun 1636 M dan digantikan oleh menantunya Iskandar Thani yang tidak memiliki kecakapan. Dalam pemerintahannya, Kerajaan Aceh terus-menerus mengalami kemunduran.
- Aspek Kehidupan Kebudayaan
Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat. Dengan demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena sering berhubungan dengan bangsa lain. Contohnya, yaitu tersusunnya hukum adat yang dilandasi ajaran Islam yang disebut Hukum Adat Makuta Alam.
Dengan hukum adat Makuta Alam itulah, sehingga tata kehidupan dan segala aktivitas masyarakat Aceh didasarkan pada aturan Islam. Dengan demikian, keadaan Aceh seolah-olah identik dengan Mekah, Arab Saudi. Atas dasar itulah, Aceh mendapat julukan Serambi Mekah.
- Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Bidang perdagangan yang maju menjadikan Aceh makin makmur. Setelah Sultan Ibrahim dapat menaklukkan Pedir yang kaya akan lada putih, Aceh makin bertambah makmur dan menjadi sumber komoditas lada dan emas. Dengan kekayaan melimpah, Aceh mampu membangun angkatan bersenjata yang kuat.
- Kemunduran Kerajaan Aceh
Kemunduran Kerajaan Aceh ketika itu disebabkan oleh hal-hal sebagai-berikut:
- Kekalahan perang antara Aceh melawan Portugis di Malaka pada tahun 1629 M.
- Tokoh pengganti Iskandar Muda tidak secakap pendahulunya.
- Permusuhan yang hebat di antara kaum ulama yang menganut ajaran berbeda.
- Daerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat melepaskan diri dengan Aceh.
- Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa lainnya berhasil mendesak dan menggeser daerah-daerah perdagangan Aceh. Akibatnya perekonomian semakin melemah.
KERAJAAN DEMAK
- Awal Perkembangan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini diberikan kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang terakhir.
Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri sebagai bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku.
- Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan digantikan oleh putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus, Demak dan Portugis bermusuhan, sehingga sepanjang pemerintahannya, Pati Unus hanya memperkuat pertahanan lautnya, dengan maksud agar Portugis tidak masuk ke Jawa. Setelah mangkat pada tahun 1521, Pati unus digantikan oleh adiknya Trenggana. Setelah naik takhta, Sultan Trenggana melakukan usaha besar membendung masuknya portugis ke Jawa Barat dan memperluas kekuasaan Kerajaan Demak.
Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki Jawa Barat. Dengan semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai Banten dan Sunda Kelapa lalu menyusul Cirebon. Dengan demikian, seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada pemerintahan Demak. Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan demak terus bergerak ke daerah pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang dan Mataram, serta Madura. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan perkawinan politik dengan Bupati Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan Trenggana dengan Putra Bupati Madura, Jaka Tingkir. Sultan Trenggana mangkat pada tahun 1546 M.
Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara bagian banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga saling berebut tahta sehingga timbul perang saudara dan muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang.
- Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan diatur dengan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Hasil kebudayaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Seperti ukir-ukiran Islam dan berdirinya Masjid Agung Demak yang masih berdiri sampai sekarang. Masjid Agung tersebut merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.
- Aspek Kehidupan Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai daerah pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin.
E. Keruntuhan Kerajaan Demak
Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan dendam yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Mereka berdua ingin menyingkirkan Aria Penansang sebagai pemimpin Kerajaan Demak karena Aria Penansang telah membunuh suami dan adik suami dari Ratu Kalinyamat. Dengan tipu daya yang tepat mereka berhasil meruntuhkan pemerintahan dari Bupati Jipang yang tidak lain adalah Aria Penansang. Aria Penansang sendiri berhasil dibunuh Sutawijaya. Sejak saat itu pemerintahan Demak pindah ke Pajang dan tamatlah riwayat Kerajaan Demak.
KERAJAAN BANTEN
- Awal Perkembangan Kerajaan Banten
Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya (Samiam) mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka untuk membendung meluasnya kekuasaan Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak berhasil menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sejak saat itu, Banten segera tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul kurangnya pedagang yang berlabuh di Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis.
Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya, Hasanuddin. Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570 M), Banten cepat berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan Palembang.
- Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M dan digantikan oleh putranya,Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf memperluas daerah kekuasaannya ke pedalaman. Pada tahun 1579 M kekuasaan Kerajaan Pajajaran dapat ditaklukkan, ibu kotanya direbut, dan rajanya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu, tamatlah kerajaan Hindu di Jawa Barat.
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak kejayaan. Keadaan Banten aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya diperhatikan, seperti dengan dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan dengan membuat saluran irigasi.
Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. Setelah mangkat, terjadilah perang saudara untuk memperebutkan tahta di Banten. Setelah peristiwa itu, putra Sultan Maulana Yusuf, Maulana Muhammad yang baru berusia sembilan tahun diangkat menjadi Raja dengan perwalian Mangkubumi.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung tahun 1508-1605 M. Kemudian digantikan oleh Abdulmufakir yang masih kanak-kanak didampingi oleh Pangeran Ranamenggala. Setelah pangeran Rana Menggala wafat, Banten mengalami kemunduran.
- Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena menghasilkan lada dan pala yang banyak. Pedangang Cina, India, gujarat, Persia, dan Arab banyak yang datang berlabuh di Banten. Kehidupan sosial masyarakat Banten dipengaruhi oleh sistem kemasyarakatan Islam. Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan daerah perdagangan, tetapi meluas hingga ke pedalaman.
- Kemunduran Kerajaan Banten
Penyebab kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatnya Raja Besar Banten Maulana Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar terjadilah perang saudara di Banten antara saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan Banten. Sejak saat itu Banten mulai hancur karena terjadi peang saudara, apalagi sudah tidak ada lagi raja yang cakap seperti Maulana Yusuf.
KERAJAAN MATARAM ISLAM
- Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528 M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah Kerajaan Mataram.
- Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak menghadapi rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara, dan Kudus yang dulunya tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi, Sutawijaya berusaha menundukkan bupati-bupati yang menentangnya dan Kerajaan Mataram berhasil meletakkan landasan kekuasaannya mulai dari Galuh (Jabar) sampai pasuruan (Jatim).
Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas Jolang, lalu cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, muncul kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro.
Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan sejumlah besar pasukan, persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan mengalami kegagalan.
- Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana.
Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.
- Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram.
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam.
Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.
- Kemunduran Mataram Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.
KERAJAAN MAKASSAR
- Awal Perkembangan Kerajaan Makassar
Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi yang terkenal adalah Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera mengikutinya.
Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu lazim disebutKerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam menyebar ke berbagai daerah sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Makassar merupakan salah satu kerajaan Islam yang ramai akan pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-tengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.
- Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alauddin (1591-1639 M). Raja berikutnya adalahMuhammad Said (1639-1653 M) dan dilanjutan oleh putranya, Hasanuddin (1654-1660 M). Sultan Hasanuddin berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, termasuk Kerajaan Bone.
VOC setelah mengetahui Pelabuhan Makassar, yaitu Sombaopu cukup ramai dan banyak menghasilkan beras, mulai mengirimkan utusan untuk membuka hubungan dagang. Setelah sering datang ke Makassar, VOC mulai membujuk Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama menyerbu Banda (pusat rempah-rempah). Namun, bujukan VOC itu ditolak.
Setelah peristiwa itu, antara Makassar dan VOC mulai terjadi konflik. Terlebih lagi setelah insiden penipuan tahun 1616. Pada saat itu para pembesar Makassar diundang untuk suatu perjamuan di atas kapal VOC, tetapi nyatanya malahan dilucuti dan terjadilah perkelahian yang menimbulkan banyak korban di pihak Makassar. Keadaan meruncing sehingga pecah perang terbuka. Dalam peperangan tersebut, VOC sering mengalami kesulitan dalam menundukkan Makassar. Oleh karena itu, VOC memperalat Aru Palakka (Raja Bone) yang ingin lepas dari kerajaan Makassar dan menjadi kerajaan merdeka.
- Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim. Hasil perekonomian terutama diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan. Pelabuhan Sombaupu ( Makassar ) banyak didatangi kapal-kapal dagang sehingga menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai. Dengan demikian, masyarakatnya hidup aman dan makmur.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja dibantu oleh Bate Salapanga (Majelis Sembilan) yang diawasi oleh seorang paccalaya (hakim). Sesudah sultan, jabatan tertinggi dibawahnya adalahpabbicarabutta (mangkubumi) yang dibantu oleh tumailang matoa dan malolo. Panglima tertinggi disebut anrong guru lompona tumakjannangan. Bendahara kerajaan disebut opu bali raten yang juga bertugas mengurus perdagangan dan hubungan luar negeri. Pejabat bidang keagamaan dijabat olehkadhi yang dibantu imam, khatib, dan bilal.
Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari Kerajaan Makassar adalah keahlian masyarakatnya membuat perahu layar yang disebut pinisi dan lambo.
D. Kemunduran Kerajaan Makassar
Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena permusuhannya dengan VOC yang berlangsung sangat lama. Ditambah dengan taktik VOC yang memperalat Aru Palakka ( Raja Bone) untuk mengalahkan Makassar. Kebetulan saat itu Kerajaan Makassar sedang bermusuhan dengan Kerajaan Bone sehingga Raja Bone setuju bekerja sama dengan VOC.
KERAJAAN TERNATE
- Awal Perkembangan Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan Ternate terletak diSampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan lain, sepertiJaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang asing.
- Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya adalah putranya,Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.
- Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat.
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora.
- Kemunduran Kerajaan Ternate
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
KERAJAAN TIDORE
- Awal Perkembangan Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
- Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
- Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan Belanda.
- Kemunduran Kerajaan Tidore
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon